Rabu, 23 Juli 2008

harimau tak bergigi


Mungkin banyak di antara kita yang tidak tahu atau lupa makna tanggal 20 Mei buat bangsa Indonesia. Saya sendiri baru tersadar ketika beberapa hari yang lalu di milis PPIF diposting mengenai survey yang dilakukan oleh mahasiswa di Melbourne Australia. Survey yang ditujukan untuk mengetahui pemahaman rekan-rekan mahasiswa di Melbourne terhadap makna peristiwa di balik tanggal 20 Mei tersebut. Hasilnya….ternyata banyak yang tidak tahu kapan hari kebangkitan nasional diperingati dan apa makna dari hari itu.

Hari kebangkitan nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei untuk mengenang berdirinya organisasi Boedi Utomo, sebagai tonggak awal bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Organisasi Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo pada hari Minggu 20 Mei 100 tahun lalu [1908] pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA. Pada awalnya adalah organisasi kepemudaan yang bertujuan untuk memikirkan dan memperbaiki nasib bangsanya, terutama untuk wilayah pulau Jawa dan Madura.

Boedi Oetomo lahir dari pertemuan-pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda. Dengan semakin berkembangnya organisasi Boedi Oetomo ini, semakin tumbuh pula semangat nasionalisme dan membawa organisasi ini aktif dalam kancah politik.

Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang. Peristiwa penting kedua yang menandai masa kebangkitan nasional adalah peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Seratus tahun kebangkitan nasional merupakan waktu yang cukup panjang. Kemerdekaan yang merupakan cita-cita awal kebangkitan nasional 100 tahun yang lalu memang sudah bisa diraih pada pada tahun 1945. Akan tetapi apakah perbaikan nasib bangsa Indonesia sekarang sudah seperti apa yang dicita-citakan oleh dr. Soetomo seratus tahun lalu? Kalau membandingkan dengan keadaan rakyat kita 100 tahun lalu, memang nasib rakyat kita sekarang sudah jauh lebih baik. Kemerdekaan, hak asasi, meskipun belum dalam arti seutuhnya memang sudah bisa diraih. Sandang, pangan, papan, pendidikan, meskipun masih ada ketimpangan yang sangat besar antara si kaya dan si miskin, toh sudah bisa dirasakan. Tetapi apakah kondisi seperti ini yang dicita-citakan oleh dr. Soetomo ketika mendeklarasikan Boedi Oetomo waktu itu? Jawabaanya menurut saya tidak. Dalam benak saya, kemerdekaan yang utuh, hak asasi yang sepenuhnya, kesejahteraan dalam keadilan yang sesungguhnya adalah cita-cita dr. Soetomo seratus tahun yang lalu. Dan jelas terlihat bahwa cita-cita dr. Soetomo belum bisa direalisasikan oleh anak cucunya hingga detik ini. Masih banyak saudara-saudara kita yang bernasib sangat buruk, dianggap bodoh dan tidak bermartabat di antara negara lain, serta para pejabat yang hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan, merupakan realitas yang kita hadapai saat ini, yang seratus tahun lalu merupakan alasan bagi dr. Soetomo untuk mendirikan organisasi Boedi Oetomo.

Setelah seratus tahun, ternyata anak cucu dr. Soetomo belum bisa mewujudkan cita-cita luhur pendiri bangsa ini. Bandingkan dengan negara tetangga kita seperti Jepang, Malaysia, Singapura. Jepang yang mendeklarasikan Restorasi Meiji pada tahun 1869 telah berhasil membawa negara itu sejajar dengan negara barat. Dengan restorasi Meiji, dalam waktu kurang dari 100 tahun (1905) Jepang telah mampu memajukan ekonomi dan industrinya serta menjadi negara dengan kekuatan militer yang disegani (ingat perang dunia kedua), melalui slogan “Enrich the country, strengthen the military”.

Malaysia yang meraih kemerdekaan pada tahun 1957, yang dulu berguru kepada Indonesia sekitar tahun 1970-an, kini telah mampu meningkatkan kualitas pendidikan dengan kualitas pendidikan ala negara barat, serta menjadi salah satu negara termakmur di Asia. Begitu juga dengan Singapura yang mendeklarasikan kemerdekaanya pada Agustus 1963 dari Inggris, telah menjadi negara kecil dengan kemampuan ekonomi yang sangat kuat.

Ketiga negara tersebut, Jepang, Malaysia, dan Singapura berhasil bangkit dan mencapai kemakmuran dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun! Bagaimana dengan Indonesia yang pada hari ini genap 100 tahun kebangkitan nasional? Mungkin saat ini dr. Soetomo sedang memandang kita dengan sedih. Bangsa yang dia wariskan kepada kita ternyata belum juga bangkit dari keterpurukan ekonomi, perseteruan antar etnis dan agama, keterpurukan moral, keterpurukan pendidikan, keterpurukan pengelolaan BBM, keterpurukan………….

Sampai kapan kita harus menunggu kebangkitan nasional dalam arti yang seutuhnya? Dua puluh Mei tahun depan? Lima tahun lagi? Seratus tahun lagi…….? Atau justru kita hanya bisa bermimpi…? Semoga tidak demikian.

Selamat 100 tahun hari kebangkitan nasional Indonesia. apakah indonesia bagai harimau tak bergigi mengingat dahulu kita adalah bangssa yang kaya dan makmur........